Solusi Anies Baswedan Hadapi Krisis Iklim

Dampak dari krisis iklim sudah sangat dirasakan dihampir semua wilayah seperti: banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, musim kemarau yang panjang berakibat kita mengalami kekeringan panjang. Tidak hanya itu, baru-baru saja banjir air rob dan kenaikan permukaan ar laut menggerus beberapa wilayah di Indonesia seperti pesisir Demak, dan pulau-pulau kecil sepanjang wilayah Riau, Miangas sampai ke wilayah selatan Borneo sudah mulai nyaris tenggelam.

Krisis iklim

Krisis iklim sudah menjadi masalah bersama, datang perlahan tapi memberi dampak yang siginifikan. Krisis iklim sendiri terjadi karena banyak hal seperti: efek gas rumah kaca, pemanasan global, rusaknya lapisan ozon, rusaknya fungsi hutan sebagai penyimpan udara dan air, penggunaan cloro four carfon (CF) yang tidak dikontrol, sampai dengan maraknya buangan gas dari industri. Sebab diatas makin diperparah oleh manusia karena minimnya upaya untuk mencegah bahkan menghambat kerusakan yang terjadi.

Apalagi kebijakan yang hanya tinggi diatas kertas tapi minim eksekusi. Contohnya saja, hadirnya subsidi yang kurang tepat sasaran dimana mobil listrik kepemilikan pribadi malah disupport oleh pemerintah yang seharusnya subsidi ini diberikan kepada transportasi massal yang digunakan oleh banyak orang. Kebijakan dan pembangunan yang tidak mengindahkan manfaat dan masyarakat malah pada ujungnya merugikan banyak pihak. Bahkan yang terbaru adalah dengan mengijinkannya ekspor pasir padahal wilayah kita tergerus oleh abrasi.

Dan hal inilah yang disoroti oleh Anies Baswedan mantan gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 yang sekarang maju menjadi bacaleg calon presiden 2024. Dalam gagasannya Anies Baswedan menyoroti akan krisis iklim yang terjadi.

Solusi diplomasi untuk hadapi krisis iklim

Dalam lawatannya ke Demak, Anies bertemu dengan masyarakat pesisir Demak yang terancam tempat tinggalnya. Banjir rob yang menghantam suka tidak suka mengganggu aktifitas bahkan akhirnya memaksa beberapa warga untuk menjual murah tanahnya karena sudah tidak layak huni. Belum lagi pulau-pulau terdepan kita yang rawan tenggelam sepanjang pulau telruar Riau, Miangas sampai

Nah, Anies Baswedan sudah memulai solusi diplomasi ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Anies merangkul komunitas Ciliwung Condet dengan cara membangun ekosistem sosial. Setelah edukasi dan sosialisasi terjadi selanjutnya baru membangun beton untuk memagari tepian sungai. Selanjutnya jalur diplomasi ini juga ditempuh Anies Baswedan dengan membuat pergub nomor 31 tahun 2022 tentang rencana detail tata ruang wilayah perencanaan provinsi DKI Jakarta. Pergub ini hadir karena solusi krisis iklim harus diselesaikan tidak sekedar wacana tapi aksi yang berkelanjutan.

Anies mengatakan “diplomasi mewujudkan keadilan iklim sudah kami mulai di ibukota, Jakarta bukan hanya ibukota Indonesia, Jakarta ialah kota global”.

solusi anies baswedan

Solusi kolaborasi

Ketika Anies Baswedan merangkul komunitas Ciliwung Condet maka pada dasarnya sedang mengajak kolaborasi untuk membangun masyarakat yang sadar akan lingkungan. Termasuk ketika Jakarta memiliki peran aktif ditingkat global dengan bergabung dalam forum C40 (jaringan kota-kota besar dunia yang memiliki komitmen untuk mengatasi krisis iklim).

Mengatasi terjadinya krisis iklim maka perlu ruang kolaborasi antar generasi. Termasuk dari generasi kiwari yang memiliki antusias untuk mengatasi krisis iklim. Langkah mereka perlu diapresiasi dan melakukan gerak bersama untuk mengatasi krisis ini.

Sudah saatnya Indonesia dipimpin oleh mereka yang memiliki gagasan, rekam jejak dan karya. Sudah saatnya kita bergerak bersama untuk mengatasi segala ancaman dari krisis iklim yang terjadi dimana-mana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *